Pengertian Dementia adalah suatu sindroma penurunan kemampuan intelektual progresif yang menyebabkan deteriorasi kognisi dan fungsional, sehingga mengakibatkan gangguan fungsi sosial, pekerjaan dan aktivitas sehari-hari (Asosiasi Alzheimer Indonesia, 2003).
Dementia
adalah sindroma klinis yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan
memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari
- hari. Demensia merupakan keadaan ketika seseorang mengalami penurunan
daya ingat dan daya pikir lain yang secara nyata mengganggu aktivitas
kehidupan sehari- hari (Nugroho, 2008).
Sementara
itu menurut Lumbantobing (1995) demensia adalah himpunan gejala
penurunan fungsi intelektual, umumnya ditandai terganggunya minimal tiga
fungsi yakni bahasa, memori, visuospasial, dan emosional.
Dementia
dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat
mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Penderita demensia seringkali
menunjukkan beberapa gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian
(behavioral symptom) yang mengganggu (disruptive) ataupun tidak
menganggu (non-disruptive) (Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E.
1998). Grayson (2004) menyebutkan bahwa demensia bukanlah sekedar
penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala yang disebabkan beberapa
penyakit atau kondisi tertentu sehingga terjadi perubahan kepribadian
dan tingkah laku.
Disebutkan
dalam sebuah literatur bahwa penyakit yang dapat menyebabkan timbulnya
gejala demensia ada sejumlah tujuh puluh lima. Beberapa penyakit dapat
disembuhkan sementara sebagian besar tidak dapat disembuhkan (Mace, N.L.
& Rabins, P.V. 2006). Sebagian besar peneliti dalam risetnya
sepakat bahwa penyebab utama dari gejala demensia adalah penyakit
Alzheimer, penyakit vascular (pembuluh darah), demensia Lewy body,
demensia frontotemporal dan sepuluh persen diantaranya disebabkan oleh
penyakit lain.
Lima
puluh sampai enam puluh persen penyebab demensia adalah penyakit
Alzheimer. Alzhaimer adalah kondisi dimana sel syaraf pada otak mati
sehingga membuat signal dari otak tidak dapat di transmisikan
sebagaimana mestinya (Grayson, C. 2004). Penderita Alzheimer mengalami
gangguan memori, kemampuan membuat keputusan dan juga penurunan proses
berpikir.
Demensia
adalah sindrom yang disebabkan oleh penyakit otak, biasanya berlangsung
kronik atau progresif, dengan berbagai macam gangguan fungsi tubuh yang
lebih umum, yaitu daya ingat, daya pikir, orientasi, pemahaman,
kalkulasi, kemampuan belajar, berbahasa, dan daya nilai. Menurut The
National Institutes of Health Criteria untuk mendiagnosa Penyakit
Alzheimer, faktor stress dapat menyebabkan hilangnya fungsi kognitif
termasuk hilangnya memori yang tidak terbatas. Demensia adalah kerusakan
umum fungsi intelektual yang mengganggu fungsi sosial dan okupasi.
Sindrom ini dicirikan oleh adanya disfungsi serebral ireversibel dan
progresif (Senile Dementia of The Alzheimer Type [SDAT]) atau yang biasa
disebut penyakit alzheimer.
Demensia
merupakan tahap ireversibel yang menimbulkan penurunan fungsi daya
ingat, kecerdasan, gerak, perubahan kepribadian, kerusakan penilaian,
dan sering kali perubahan yang menjadi efek metabolisme serebral secara
permanen.
Menurut
Brady (1993) penyakit Alzheimer atau demensia dibagi menjadi tiga
tahap, yaitu tahap awal, dengan gejala utama kehilangan ingatan. Tahap
pertengahan meliputi kerusakan keterampilan bahasa, aktivitas motorik
dan pengenalan benda. Sedangkan tahap terakhir atau terminal memililki
tanda inkontinensia urine dan fekal, ketidakmampuan ambulansi dan
hilangnya keterampilan bahasa secara lengkap.
Kejadian
demensia secara umum akan semakin meningkat dengan pertambahan usia.
Peningkatan kejadian demensia adalah sebagai berikut:
- 1,4% pada usia 65-69 tahun,
- 2,8% pada usia 70-74 tahun,
- 5,6% pada usia 75-79 tahun, dan
- 23,6% pada usia 85 tahun.
Sebagian
kasus demensia adalah demensia Alzheimer. Semakin tua seseorang akan
semakin rentan untuk terkena demensia. Sifat pelupa di kategorikan
sebagai tahap awal demensia. Merupakan gejala awal yang timbul dan sulit
dideteksi. Pasien melupakan tentang kejadian–kejadian yang baru
terjadi. Namun masih dapat mengingat kejadian yang sudah lama terjadi,
misalnya masa kanak–kanak. Hal ini dikarenakan menurunnya kemampuan
intelektual. Pada tahap kedua demensia, lansia mengalami kemunduran
keterampilan bahasa, aktivitas motorik dan pengenalan benda. Hal ini
ditandai dengan ketidakmampuan lansia untuk berpikir tentang hal yang
rumit. Seringkali mereka mengalami kesulitan untuk menyampaikan apa yang
telah mereka pikirkan. Sedangkan pada tahap terminal pada proses
demensia, ditandai dengan ketidakmampuan lansia untuk mengkoordinasikan
kerja tubuh, salah satu contohnya terjadi inkontinensia urine.
0 komentar:
Post a Comment