Terletak di sebelah timur perempatan Purwosari atau tepatnya di sebelah timur rumah makan cepat saji Jackstar di
kawasan Solo Center Point, terdapat sebuah bangunan tua yang termasuk
ke dalam bangunan cagar budaya. Mungkin saja bangunan ini terkadang
sedikit luput dari perhatian para pengguna jalan yang melintasi
sepanjang Jalan Slamet Riyadi.
Dikelilingi oleh pagar besi yang cukup tinggi, bangunan ini dikenal dengan sebutan Omah Lowo atau
rumah kelelawar. Dari segi arsitekturnya cukup unik, memiliki cukup
banyak pilar sebagai penyangga bangunan. Wajar saja jika bangunan ini
terkenal dengan sebutan omah lowo, karena bangunan ini menjadi
hunian para kelelawar. Pada siang hari suara cicitan para kelelawar ini
terdengar sangat riuh dan seolah saling bersautan satu dengan lainnya.
Berbekal rasa penasaran, saya pun menyusuri trotoar jalan menuju arah selatan. Ada ornamen unik yang menghiasi sisi dinding bangunan. Patung kepala singa yang garang menyembul di salah satu sudut dinding bangunan seolah menjadi penjaga bangunan tua berwarna putih kusam tersebut. Di bagian belakang bangunan utama tersebut terdapat bangunan yang sekilas mirip seperti dinding kastil. Ah, tapi sial, di bagian ini bau kotoran kelelawar teramat menyengat menusuk indera penciuman. Jika tidak kuat dengan aromanya rasanya ingin muntah.
Di belakang bangunan tua tersebut terdapat sebuah rumah yang masih dihuni. Bangunan tersebut memiliki halaman yang menghubungkan ke bagian halaman Omah Lowo. Rasanya saya ingin nyelonong masuk agar dapat melihat bangunan Omah Lowo lebih dekat. Ah, sayang, tidak ada orang di luar rumah, hanya terdapat sebuah mobil yang sedang terparkir. Tak etis rasanya jika saya nekat memasuki halaman rumah tanpa izin dari si pemiliknya.
Saya pun hanya bisa mengagumi keindahan bangunan Omah Lowo dari luar pagar. Ah, andai saja saya datang di saat yang tepat, mungkin saja saya dapat bertemu dengan si lowo penghuni bangunan tersebut keluar dari rumah terbang bebas ke angkasa.
Berbekal rasa penasaran, saya pun menyusuri trotoar jalan menuju arah selatan. Ada ornamen unik yang menghiasi sisi dinding bangunan. Patung kepala singa yang garang menyembul di salah satu sudut dinding bangunan seolah menjadi penjaga bangunan tua berwarna putih kusam tersebut. Di bagian belakang bangunan utama tersebut terdapat bangunan yang sekilas mirip seperti dinding kastil. Ah, tapi sial, di bagian ini bau kotoran kelelawar teramat menyengat menusuk indera penciuman. Jika tidak kuat dengan aromanya rasanya ingin muntah.
Di belakang bangunan tua tersebut terdapat sebuah rumah yang masih dihuni. Bangunan tersebut memiliki halaman yang menghubungkan ke bagian halaman Omah Lowo. Rasanya saya ingin nyelonong masuk agar dapat melihat bangunan Omah Lowo lebih dekat. Ah, sayang, tidak ada orang di luar rumah, hanya terdapat sebuah mobil yang sedang terparkir. Tak etis rasanya jika saya nekat memasuki halaman rumah tanpa izin dari si pemiliknya.
Saya pun hanya bisa mengagumi keindahan bangunan Omah Lowo dari luar pagar. Ah, andai saja saya datang di saat yang tepat, mungkin saja saya dapat bertemu dengan si lowo penghuni bangunan tersebut keluar dari rumah terbang bebas ke angkasa.
0 komentar:
Post a Comment