Pengetahuan yang diajarkan oleh Allah SWT kepada manusia melalui fenomena alam semesta membuat tingkat pemahaman manusia berkembang. Di titik inilah ke Maha Agungan Allah SWT terlihat jelas.
Dalam surat Al ‘Alaq ayat 1-5 dijelaskan secara lugas tentang bagimana sebuah transfer pengetahuan itu berlangsung. “Bacalah dengan nama TuhanMu yang telah menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari ‘Alaq. Bacalah, dan TuhanMu lah yang Maha Pemurah. Yang mengajarkan (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”.
Agar terjadi sebuah proses pembelajaran yang efektif, holistik dan
benar, Allah SWT melengkapi manusia dengan 3 instrumen dasar. Hal ini
dijelaskan dalam surat An Nahl ayat 78 ”Dan Allah
mengeluarkanmu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui apapun,
dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur”.
Tiga instrumen dasar pembelajaran bagi manusia adalah; Penglihatan, Pendengaran dan Hati (nurani/akal). Tulisan ini akan mencoba mengungkapkan peran penting penglihatan sebagai salah satu instrumen pembelajaran.
Tiga instrumen dasar pembelajaran bagi manusia adalah; Penglihatan, Pendengaran dan Hati (nurani/akal). Tulisan ini akan mencoba mengungkapkan peran penting penglihatan sebagai salah satu instrumen pembelajaran.
Penglihatan adalah sebuah sistem yang meliputi beberapa organ
tubuh, antara lain mata dan otak bagian belakang (sebagai sebuah alat
“penerjemah” akhir). Mata manusia diakui oleh para ahli fotografi dan
ahli pembuat kamera modern sebagai sebuah kamera terbaik yang pernah
ada.
Desain, komponen-komponen penyusunnya dan ketajaman gambar yang
mampu dihasilkannya senantiasa mengundang decak kagum. Jika ada di
antara kita yang memiliki hobi fotografi, maka kita mengetahui bahwa
jenis kamera terbaik yang dihasilkan manusia adalah jenis kamera SLR
(single reflect lens) atau di Indonesia kita menyebutnya sebagai kamera
refleksi lensa tunggal, bukan kamera saku (pocket). Namun sekarang
bandingkanlah kamera SRL itu dengan mata kita!
Kamera SRL yang diciptakan manusia memiliki bobot yang relatif
berat, memerlukan perawatan yang rumit (lensanya mudah sekali terserang
jamur dan juga mudah tergores) dan harus dioperasikan dengan tenaga
baterai. Kamera SRL terbaik yang pernah diciptakan oleh manusia akan
segera mengakui kelemahan-kelemahannya jika dibandingkan dengan mata
manusia.
Mata manusia memiliki berbagai keunggulan; desain yang kompak,
indah sekaligus kompleks, bobot yang ringan serta kemampuan beroperasi
dengan sendirinya (tanpa menggunakan tenaga baterai).
Jika kita mau berpikir, mekanisme penglihatan dalam tubuh manusia
adalah sebuah kerumitan yang selalu membuat kita tunduk dalam
ketidak-berdayaan dihadapan Allah SWT.
Secara sederhana mekanismenya dapat dijelaskan sebagai berikut:
- Benda yang dilihat akan ditangkap sebagi sebuah bayangan oleh mata;
- Benda (bayangan) tersebut akan difokuskan oleh lensa ke retina;
- Bayangan yang telah fokus akan diteruskan di retina, sebuah daerah yang amat sensitif terhadap cahaya dan bayangan;
- Bayangan tersebut kemudian dibawa oleh nervus opticus (syaraf penglihatan) ke otak. Di otak inilah bayangan tadi akan diterjemahkan sebagai sebuah benda yang utuh dan dapat kita kenali.
Mari kita berhenti sejenak di sini. Kita renungkan betapa rumitnya
maha karya penciptaan Allah SWT yang kita sebut mata. Perlu kita
ketahui bahwa bayangan yang ditangkap oleh retina adalah dalam posisi
terbalik.
Jika saja Allah tidak pernah menciptakan lobus posterior (bagian
belakang cerebrum/otak besar sebagai pusat penglihatan) maka bayangan
ini akan tetap terbalik. Jika demikian maka kita akan mengalami
kesulitan untuk menegenali suatu benda dengan cepat.
Tidak hanya itu, untuk menghasilkan kualitas gambar yang baik
diperlukan sebuah kerjasama antar organ untuk mefokuskan bayangan di
retina (kerja ini dilakukan oleh lensa), pengaturan jumlah cahaya yang
masuk ke mata (kerja ini dilakukan oleh: pupil, yang perannya ditiru
oleh diafragma kamera SRL) agar tidak terlalu menyilaukan dan membuat
bayangan menjadi kabur.
Betapa rumitnya proses ini, seharusnya mampu mengantarkan manusia
pada kesyukuran yang tiada habisnya atas karunia penglihatan. Sebuah
penelitian telah dilakukan terhadap peran penglihatan dalam proses
belajar manusia.
Dalam proses belajar yang amat penting dan berperan besar adalah
informasi. Informasi ini diterima oleh manusia setiap saat, di berbagai
tempat dan keadaaan. Untuk itulah diperlukan alat alat “penangkap”
informasi.
Al Qur’an telah mengajarkan kepada manusia sejak 14 abad yang
silam, ketika ilmu pengetahuan manusia masih amat minim dan terbatas, 3
(tiga) alat penting itu adalah yaitu Penglihatan, Pendengaran dan Hati.
Masing masing alat ini memiliki peran tersendiri dalam berkontribusi
terhadap peningkatan kemajuan belajar manusia.
Penglihatan (sistem visual) menyumbang sekitar lebih dari 50% dari
informasi yang diterima manusia setiap hari. Pendengaran (sistem audio)
kurang lebih 15%, sedangkan Hati (nurani/ akal) berperang sebagai sebuah
“filter” pengetahuan agar setiap informasi dan pengetahuan yang
diterima tetap berada dalam koridor ilahiyah yang akan selalu menjaga
manusia dalam kondisi fitri.
Dapat kita bayangkan betapa besar peran penglihatan dalam proses
belajar. Dan pengetahuan tentang ini amat penting dalam mengembangkan
proses belajar-mengajar. Dengan pengetahuan ini, didapatkan informasi
bahwa sistem belajar yang efektif adalah secara audio-visual. Karena
informasi dan pengetahuan (pada tingkat kognitif) akan diperoleh manusia
secara lebih banyak. Sedangkan informasi dan pengetahuan yang bersifat
afektif akan banyak didominasi oleh peran Hati.
Untuk itulah kita perlu menjaga kesehatan mata, sebagai salah satu
alat penglihatan kita, selalu dalam kondisi baik. Kita bisa melakukannya
dengan memberikan nutrisi yang baik, mencegah trauma (kerusakan baik
yang disebabkan oleh zat fisik, kimia dll) pada mata serta
menggunakannya hanya untuk melihat kebaikan dan ilmu pengetahuan yang
berguna.
Karena, sekali lagi, peran mata (penglihatan) sangat besar dalam
memberi informasi kepada kita setiap hari. Dan informasi inilah yang
kemudian akan membentuk pola fikir, pola sikap dan perilaku kita.
Wallahu a’lam bish showwaab
0 komentar:
Post a Comment