Breaking News
Loading...
Saturday, 15 June 2013

Info Post

Pengetahuan yang diajarkan oleh Allah SWT kepada manusia melalui fenomena alam semesta membuat tingkat pemahaman manusia berkembang. Di titik inilah ke Maha Agungan Allah SWT terlihat  jelas.

Dalam surat Al ‘Alaq ayat 1-5 dijelaskan secara lugas tentang bagimana sebuah transfer pengetahuan itu berlangsung. “Bacalah dengan nama TuhanMu  yang telah menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari ‘Alaq. Bacalah, dan TuhanMu lah yang Maha Pemurah. Yang mengajarkan (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”. 
 
Agar terjadi sebuah proses pembelajaran yang efektif, holistik dan benar, Allah SWT melengkapi manusia dengan 3 instrumen dasar. Hal ini dijelaskan dalam surat An Nahl ayat 78 ”Dan Allah mengeluarkanmu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui apapun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.
Tiga instrumen dasar pembelajaran bagi manusia adalah; Penglihatan, Pendengaran dan Hati (nurani/akal). Tulisan ini akan mencoba mengungkapkan peran penting penglihatan sebagai salah satu instrumen pembelajaran.
 
Penglihatan adalah sebuah sistem yang meliputi beberapa organ tubuh, antara lain mata dan otak bagian belakang (sebagai sebuah alat “penerjemah” akhir). Mata manusia diakui oleh para ahli fotografi dan ahli pembuat kamera modern  sebagai sebuah kamera terbaik yang pernah ada. 
 
Desain, komponen-komponen penyusunnya dan ketajaman gambar yang mampu dihasilkannya senantiasa mengundang decak kagum. Jika ada di antara kita yang memiliki hobi fotografi,  maka kita mengetahui bahwa jenis kamera terbaik yang dihasilkan manusia adalah jenis kamera SLR (single reflect lens) atau di Indonesia kita menyebutnya sebagai kamera refleksi lensa tunggal, bukan kamera saku (pocket). Namun sekarang bandingkanlah kamera SRL itu dengan mata kita!
 
Kamera  SRL yang diciptakan manusia memiliki bobot yang relatif berat, memerlukan perawatan yang rumit (lensanya mudah sekali terserang jamur dan juga mudah tergores) dan harus dioperasikan dengan tenaga baterai. Kamera  SRL terbaik yang pernah diciptakan oleh manusia akan segera mengakui kelemahan-kelemahannya jika dibandingkan dengan mata manusia. 
 
Mata manusia memiliki berbagai keunggulan; desain yang kompak, indah sekaligus kompleks, bobot yang ringan serta kemampuan beroperasi dengan sendirinya (tanpa menggunakan tenaga baterai).
 
Jika kita mau berpikir, mekanisme penglihatan dalam tubuh manusia adalah sebuah kerumitan yang selalu membuat kita tunduk dalam ketidak-berdayaan dihadapan Allah SWT. 
 
Secara sederhana mekanismenya dapat dijelaskan sebagai berikut: 
  • Benda yang  dilihat akan ditangkap sebagi sebuah bayangan oleh mata; 
  • Benda (bayangan) tersebut akan difokuskan oleh lensa ke retina; 
  • Bayangan yang telah fokus akan diteruskan di retina, sebuah daerah yang amat sensitif terhadap cahaya dan bayangan; 
  • Bayangan tersebut kemudian dibawa oleh nervus opticus (syaraf penglihatan) ke otak. Di otak inilah bayangan tadi  akan diterjemahkan sebagai sebuah benda yang utuh dan dapat kita kenali.
 
Mari kita berhenti sejenak di sini. Kita renungkan betapa rumitnya maha karya penciptaan Allah SWT yang kita sebut  mata. Perlu kita ketahui bahwa bayangan yang ditangkap oleh retina adalah dalam posisi terbalik. 
 
Jika saja Allah tidak pernah menciptakan lobus posterior (bagian belakang cerebrum/otak besar sebagai pusat penglihatan) maka bayangan ini akan tetap terbalik. Jika demikian maka kita akan mengalami kesulitan untuk menegenali suatu benda dengan cepat. 
 
Tidak hanya itu, untuk menghasilkan kualitas gambar yang baik diperlukan sebuah kerjasama antar organ untuk mefokuskan bayangan di retina (kerja ini dilakukan oleh lensa), pengaturan jumlah cahaya yang masuk ke mata (kerja ini dilakukan oleh: pupil, yang perannya ditiru oleh diafragma kamera SRL) agar tidak terlalu menyilaukan dan membuat bayangan menjadi kabur.
 
Betapa rumitnya proses ini, seharusnya mampu mengantarkan manusia pada kesyukuran yang tiada habisnya atas karunia penglihatan. Sebuah penelitian telah dilakukan terhadap peran penglihatan dalam proses belajar manusia. 
 
Dalam proses belajar yang amat penting dan berperan besar adalah informasi. Informasi ini diterima oleh manusia setiap saat, di berbagai tempat dan keadaaan. Untuk itulah diperlukan alat alat “penangkap” informasi. 

 
Al Qur’an telah mengajarkan kepada manusia sejak 14 abad yang silam, ketika ilmu pengetahuan manusia masih amat minim dan terbatas, 3 (tiga) alat penting itu adalah yaitu Penglihatan, Pendengaran dan Hati.  Masing masing alat ini memiliki peran tersendiri dalam berkontribusi terhadap peningkatan kemajuan belajar manusia.
 
Penglihatan (sistem visual) menyumbang sekitar lebih dari 50% dari informasi yang diterima manusia setiap hari. Pendengaran (sistem audio) kurang lebih 15%, sedangkan Hati (nurani/ akal) berperang sebagai sebuah “filter” pengetahuan agar setiap informasi dan pengetahuan yang diterima tetap berada dalam koridor ilahiyah yang akan selalu menjaga manusia dalam kondisi fitri.
 
Dapat kita bayangkan betapa besar peran penglihatan dalam proses belajar. Dan pengetahuan tentang ini amat penting dalam mengembangkan proses belajar-mengajar. Dengan pengetahuan ini, didapatkan informasi bahwa sistem belajar yang efektif adalah secara audio-visual. Karena informasi dan pengetahuan (pada tingkat kognitif) akan diperoleh manusia secara lebih banyak. Sedangkan informasi dan pengetahuan yang bersifat afektif akan banyak didominasi oleh peran Hati.
 
Untuk itulah kita perlu menjaga kesehatan mata, sebagai salah satu alat penglihatan kita, selalu dalam kondisi baik. Kita bisa melakukannya dengan memberikan nutrisi yang baik, mencegah trauma (kerusakan baik yang disebabkan oleh zat fisik, kimia dll) pada mata  serta menggunakannya hanya untuk melihat kebaikan dan ilmu pengetahuan yang berguna. 
 
Karena, sekali lagi, peran mata (penglihatan) sangat besar dalam memberi informasi kepada kita setiap hari. Dan informasi inilah yang kemudian akan membentuk pola fikir, pola sikap dan perilaku kita. Wallahu a’lam bish showwaab

0 komentar:

Post a Comment