Breaking News
Loading...
Monday 29 July 2013

Info Post
Bahagia itu sederhana, begitu kata pepatah. Memang benar, mencapai kebahagiaan tidak membutuhkan uang berjuta-juta atau harus berlibur ke suatu tempat yang jauh di mata. Pandai bersyukur dan menikmati hidup sudah membuat seseorang damai dalam hidupnya dan selalu berbahagia. Namun bila bahagia itu sederhana, kenapa ada penelitian yang mengatakan bahwa seseorang 'hanya' merasakan bahagia 2 kali saja sepanjang hidupnya?
Menurut penelitian terbaru, kebahagiaan maksimal ternyata dirasakan seseorang ketika usianya menginjak 23 tahun, kemudian menurun di usia setengah abad, lalu meningkat lagi saat mereka mencapai usia 69 tahun. Faktor usia mempengaruhi seseorang untuk mendapatkan kebahagiaan. Diusia remaja, kebahagiaan lebih mudah didapatkan karena sifatnya adalah kesenangan. Kemudian setelah memasuki masa pernikahan dan berumah tangga, justru kebahagiaan lebih sulit didapat.
Semakin banyak beban pekerjaan menumpuk, urusan rumah tangga yang tiada habisnya dan berbagai permasalahan membuat orang-orang berusia di atas 25 tahun hingga 60 tahun lebih sering merasakan stres dibanding bahagia. Kemudian rasa bahagia akan 'datang' lagi setelah memasuki masa pensiun dan tidak ada tanggungan menyekolahkan anak atau cicilan ini itu.
Selain faktor di atas, rupanya menurut peneliti, orang-orang yang masih muda cenderung berharap terlalu tinggi tentang masa depannya. Sehingga ketika semua tidak berjalan sesuai rencana, kebahagiaan mereka semakin menurun, dikutip dari merdeka.com. Sering kali ekspektasi tinggi 'membunuh' kebahagiaan secara perlahan-lahan. "Merasa frustasi dengan kegagalan meraih target membuat seseorang menjauh dari kebahagiaan yang ada di dekatnya" ucap peneliti Dr Hannes Schwandt dari Princeton University. Sebanyak 23.161 orang berusia 17-85 tahun dilibatkan dalam penelitian ini.
Dengan adanya riset tersebut, peneliti berharap bahwa orang-orang yang masih muda perlu merencanakan masa depannya lebih baik lagi. Memiliki cita-cita boleh saja namun jangan sampai cita-cita, urusan keluarga dan pekerjaan menggerogoti kebahagiaan dan akhirnya malah merasa bahwa hidup ini hanya penuh dengan beban.

0 komentar:

Post a Comment