Meskipun banyak pengguna, tak menjamin sebuah perusahaan IT mampu
bertahan. Hal ini yang terlihat jelas dari Zynga. Penyedia berbagai
permainan online berbasis jejaring sosial ini, kebanyakan tentang poker
online, harus merasionalisasi kembali bisnisnya karena terus merugi.
Hal ini terlihat jelas dari upayanya yang merumahkan 520 pekerja. Ini
merupakan seperlima atau delapan belas persen dari seluruh total
pekerja yang berada di sana.
Hal ini tak lain dikarenakan semakin memburuknya bisnis mereka yang
menyediakan berbagai permainan online di Facebook. Dikatakan, pengguna
di jejaring sosial ini tak mampu lagi menghasilkan uang untuk Zynga
padahal sudah banyak cara yang mereka gunakan.
Diketahui, keuntungan Zynga sendiri memang menurun akibat hal ini.
Tercatat, ada pengurangan keuntungan hingga 12 persen. Hal ini membuat
mereka harus mencatat harga saham terendah hingga USD 3 atau sekitar Rp
30 ribu per lembarnya.
Bagi perusahaan besar sekelas Zynga, hal ini tentunya merupakan
kerugian besar. Apalagi, mereka juga dituntut untuk membayar pajak yang
lumayan besar jumlahnya.
Dalam D11, Mark Pincus selaku pendiri Zynga sendiri menyebut hal ini
sebagai masa transisi bagi mereka. Dikatakan, hal ini bukanlah yang
pertama kali mereka alami dalam sejarah berdirinya perusahaan ini.
Patut diketahui, Zynga adalah penyedia konten game online yang lekat
dengan praktik judi online. Hal ini terlihat dari adanya game poker
online yang banyak mereka tawarkan dalam jejaring sosial Facebook.
Sumber: TechCrunch dan AllThingsD
0 komentar:
Post a Comment