Masa kecil seharusnya menjadi masa indah yang diisi dengan bermain
dan belajar. Anak-anak menikmati hidup mereka, tanpa menanggung beban
berat di pundaknya. Namun 7 anak hebat ini berbeda. Mereka berjuang
sekuat tenaga demi hidupnya, dan melakukan banyak hal berarti selagi
mereka bisa. Walau masih kecil, mereka sudah melakukan hal-hal melampaui
orang dewasa demi hidupnya.
Anak-anak ini berjuang
melawan penyakit mematikan, bersembunyi dari kejaran NAZI hingga
memperjuangkan kemerdekaan hidupnya. Mereka melakukannya dengan berani,
tidak takut mati. Betapa mereka sudah merasakan rintangan hidup yang
berat dan tak terbayangkan oleh orang dewasa. Inilah 7 anak yang
memiliki kisah hidup dan perjuangan luar biasa, menginspirasi Anda.
1. Hector Pieterson (1964–1976)
Hector adalah anak yang tinggal di Afrika Selatan. Pada masa itu, Afrika
selatan masih diberlakukan politik apartheid yang membedakan antara
kulit hitam dan kulit putih. Hector menjadi korban penembakan yang
dilakukan oleh tentara. Hector bersama ratusan siswa sekolah lainnya
melakukan demo untuk penghapusan politik apartheid ini. Walau masih
berusia 12 tahun, Hector tidak gentar dan ikut memperjuangkan
diskriminasi atas kulit hitam itu. Anak yang dikenal cerdas di
sekolahnya ini harus meninggal karena peluru panas menembus jantungnya.
2. Nkosi Johnson (1989-2001)
Nkosi dilahirkan dengan membawa virus HIV dalam tubuhnya. Nkosi ditolak untuk masuk sekolah karena penyakitnya. Bocah kecil ini pun menjadi perhatian publik karena hal ini. Nkosi ingin sekolah, dia tidak ingin menyerah. Nkosi berkata bahwa semua manusia sama, dan berhak untuk hidup dengan layak. Nelson Mandela yang merupakan presiden Afrika Selatan kala itu memuji Nkosi dan semangatnya yang tak pernah padam. Nkosi akhirnya bisa bersekolah namun malang, penyakit HIV yang dideritanya merenggut keceriannya. Tidak lama kemudian, Nkosi meninggal dunia.
3. Thandiwe Chama
Chama adalah salah satu aktivis termuda dalam sejarah. Chama memulai perjuangannya untuk pendidikan bagi setiap anak ketika dirinya berada di sekolah dasar. Suatu hari sekolah Chama ditutup karena tidak ada guru. Chama dan puluhan murid lain harus berjalan menyusuri jalan yang panas dan tak rata, demi mencari sekolah lain yang mau menampung mereka. Sejak saat itu, Chama mengkampanyekan pendidikan untuk semua, walau berada di pelosok sekalipun. Tidak hanya tentang pendidikan, Chama juga memperjuangkan hak-hak anak yang terkena HIV/AIDS untuk tetap bisa bersekolah dan bersosialisasi seperti yang yang lainnya.
4. Iqbal Masih (1982–1995)
Bocah laki-laki yang berasal dari India ini memiliki kisah
hidup yang sangat menyentuh hati. Ketika masih berusia 4 tahun Iqbal
dijual oleh kedua orang tuanya untuk bekerja di pabrik karpet. Di usia
sekecil itu, Iqbal sudah bekerja keras lebih dari 10 jam sehari dengan
makanan dan istirahat yang kurang. Ketika Iqbal beranjak dewasa,
tubuhnya tidak lebih seperti anak berusia 8 tahun, kurus kering tak
terurus.
Setelah 6 tahun terkungkung sebagai budak,
Iqbal pun kabur dan bergabung dengan Front Pembebasan Buruh bond
Pakistan untuk membantu menghentikan pekerja anak di seluruh dunia,iqbal
menolong lebih dari 3.000 anak Pakistan lepas dari perburuhan.
Perjuangan Iqbal harus terhenti ketika di satu malam, dirinya dibunuh
oleh orang-orang yang diduga tidak menyukai perjuangannya. Pemuda cilik
inipun akhirnya harus menyerah pada pisau tajam yang menusuk perutnya
hingga dalam.
5. Samantha Smith (1972–1985)
Samantha di usianya yang masih belia, sudah berpikir jauh
melampaui teman sebayanya. Samantha yang setiap menonton televisi
bertanya-tanya kenapa perang dingin antara Amerika Serikat dan Uni
Soviet tak kunjung reda. Samantha merasa iba kepada tentara-tentara yang
harus gugur karena berperang. Pada bulan November 1982, ketika Smith
berusia 10 tahun, dia menulis surat kepada pemimpin Uni Soviet Yuri
Andropov,dia menanyakan mengapa hubungan antara Uni Soviet dan Amerika
Serikat begitu menegangkan.kemudian surat tersebut dimuat koran Soviet
di Pravda.
Tidak berhenti sampai di situ, gadis mungil
dengan rambut pirang ini juga menulis kepada duta besar Uni Soviet.
Perjuangan Samantha untuk meredam peperangan membuahkan hasil. Dirinya
dinobatkan sebagai pembawa kedamaian dan konsolidasi damai antara dua
negara ini mulai digulirkan. Sayangnya, Samantha harus pergi ke surga
karena kecelakaan pesawat yang ditumpanginya.
6. Om Prakash Gurjar
Gurjar sudah bekerja di ladang membantu orang tua nya sejak usianya
masih 3 tahun. Beranjak remaja, Gurjar menyadari bahwa eksploitasi anak
untuk bekerja adalah hal yang salah. Gurjar pun mengkritisi hal ini dan
berusaha membebaskan anak-anak dari belenggu eksploitasi. Selain itu,
Gurjar juga memperjuangkan akte kelahiran bagi setiap anak walau mereka
lahir dari keluarga miskin. Tidak memiliki akte kelahiran berarti tidak
memiliki fasilitas untuk asuransi sakit atau diperbolehkan sekolah.
Gurjar ingin semua anak mendapatkan haknya dan tidak dieksploitasi oleh
orang tuanya sendiri.
7. Anne Frank (1929–1945)
Gadis manis yang menjalani tahun-tahun terakhir hidupnya
sebagai pelarian ini memang membuat hati ikut berduka. Anne mulanya
hidup dengan bahagia dengan orang tuanya sampai NAZI memporak-porandakan
segalanya. NAZI mulai memenjarakan orang-orang Yahudi, membunuh mereka
dengan cara yang kejam. Keluarga Anne pun kabur dan hidup dalam
pengejaran selama bertahun-tahun. Anne yang sebelumnya bersekolah harus
meninggalkan buku pelajaran dan hidup dalam ketakutan. Setiap saat Anne
dan keluarganya harus bersembunyi dari kejaran NAZI.
Anne
mencurahkan cerita hidupnya ke dalam buku harian. Anne menulis
bagaimana dia lari, bersembunyi, hidup dalam keadaan mencekam dan tidak
tenang. Pada tahun 1945, Anne tertangkap dan akhirnya dibunuh secara
massal. Buku harian yang ditulisnya kemudian diterbitkan dan menyentuh
hati banyak orang.
Mereka memang masih anak-anak, tapi
perjuangan mereka untuk mempertahankan hidupnya dan demi kebaikan orang
lain patut dijadikan contoh. Walau hidup tertekan dan dalam
bayang-bayang ketakutan, mereka tidak menyerah begitu saja. Anak-anak
ini menginspirasi orang dewasa yang mengetahui kisah mereka untuk tidak
takut melakukan perubahan yang membawa kebaikan.
0 komentar:
Post a Comment